Puncak Mega

Selasa, 8 Mei 2018. Hari dimana hampir seluruh siswa kelas 12 merasakan ketegangan. Itulah hari dimana SBMPTN berlangsung. Sebelumnya b...


Selasa, 8 Mei 2018. Hari dimana hampir seluruh siswa kelas 12 merasakan ketegangan. Itulah hari dimana SBMPTN berlangsung. Sebelumnya beberapa teman sekelas gue sudah merencanakan bahwa kita akan muncak gunung setelah selesai SBMPTN, entah kapan harinya, pokoknya setelah selesai SBMPTN. Salah satu teman gue yang memulai pembicaraan awalnya mengajak kita semua ke Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat. Namun, gue pikir itu gak mungkin, karena kita semua masih pemula, makanya gue sarankan ke gunung terdekat aja, yaitu Gunung Puntang. Oke, akhirnya jadilah beberapa orang yang akan ikut muncak ke Gunung Puntang. Kembali di hari itu, kita membuat multichat di Line, mengobrolkan kita akan berangkat kapan. Sampai akhirnya keputusan dibuat, bahwa kita akan berangkat keesokan harinya. Ya, satu hari setelah tes SBMPTN.

Keesokan harinya pun tiba. Gue bangun sekitar jam setengah 7 pagi, mengajak teman-teman untuk segera kumpul. Seperti biasa, hukum alam terjadi. Gue gak mau rencana ini gagal, makanya gue langsung nyamperin beberapa teman gue untuk mengumpulkan beberapa barang untuk hiking. Awalnya gue nyamper salah satu teman gue yang dia bener-bener antusias sebelumnya, tapi konyolnya pas gue samper dia malah masih tidur. Gue pun melanjutkan ke rumah teman gue yang satunya lagi dan untungnya dia keluar. Gue ngajak dia untuk beli trashbag doang. Setelah itu gue suruh dia untuk membantu menyiapkan teman-teman gue yang lain. Karena kita juga merasa kurang orang, gue langsung menghubungi salah satu teman gue yang lain untuk mengajak dia agar bisa ikut, ngedadak emang, tapi untungnya dia mau ikut.

Beberapa lama kemudian, menjelang siang hari sekitar jam 10. Sebagian dari kita yang gak punya alat hiking pergi dulu ke tempat penyewaan. Setelah itu gue dan 2 teman gue kembali ke rumah gue dan ke rumah teman gue juga untuk minta izin, sedangkan yang lainnya langsung ke rumah temen gue yang ada di Kiangroke. Teman gue yang satu sedikit rada ngeselin soalnya lama banget. Tapi akhirnyapun kita pergi untuk kumpul di rumah teman gue yang berada di daerah Kiangroke tadi , karena berada cukup dekat ke Gunung Puntang. Sebelum kesana gue ke rumah doi dulu untuk packing disana. Setelah semuanya selesai, kita minta izin dan berangkat ke Kiangroke.

Tibalah di Kiangroke, sebagian dari kami sudah tiba disana lebih dulu. Gue cuma sempet salaman, siap-siap lagi, dan akhirnya berangkatlah kita ke Gunung Puntang sekitar jam setengah empat. Kita semua pergi naik motor. Dan sampailah disana sekitar jam 4 sore.


Untuk tiket masuk ditambah biaya parkir adalah sebesar Rp. 20.000/orang. Karena diantara kita gak ada yang pernah ke Puncak Mega, maka gue selaku orang yang ngumpulin uang buat bayar, gue dikasih peta jalannya. Sudah fix semua, kita pun berdoa sebelum mulai mendaki. Dan dimulailah pendakian ke Puncak Mega.

Pendakian awal masih ada jalan paving block dan cukup landai. Gue berada di paling belakang sebagai sweeper, meskipun gue yang megang petanya, tapi temen gue malah rusuh mulu yaudah gue sabar aja karena ditemani doi. HAHAHA. Ya, gue seneng karena gue dan doi sama-sama suka muncak gunung. Awalnya kita masih ceria-ceria, sambil ngobrol melewati perkebunan. Gak beberapa lama aja tapi beberapa cewek sudah merasa capek, yaudah kita istirahat dulu sebentar. Setelah beberapa menit, kita kembali lanjut.

Sekarang kita gak lagi di jalan yang landai, jalannyapun sudah tanah. Kita sempet istirahat lagi di deket persimpangan jalan. Setelah sampai di pertigaan, kita bingung, mau belok ke kanan ke jalan yang naik, atau lurus ke jalan menurun. Memang harusnya ke atas, tapi gue liat di peta kita masih lurus. Gue sama salah satu teman gue sedikit berdebat, namun akhirnya kita memutuskan untuk lurus untuk mengecek.


Namun setelah dicek rasanya lebih benar lewat jalan yang tadi. Akhirnya kita balik lagi ke atas. Selama beberapa lama kita mendaki, sampailah di tempat yang datar dan ada batu besar. Kita sempat istirahat dulu disana.

Ngeselinnya, salah satu temen gue malah ngebagi 2 tim. Tim yang cepet dan tim yang lambat, karena gue sweeper, ya gue termasuk tim lambat. Dan dia malah gegabah tanpa tau jalan, dia jalan duluan. Yang bikin aneh ketika tim gue mulai jalan lagi adalah jalannya yang tampaknya bukan trek untuk mendaki karena ada banyak tanaman yang baru ditaman, gue dan temen gue pikir itu gak mungkin ditanam disitu kalo ini trek. Tapi karena tim cepet udah duluan ya kita ikutin aja.

Sampai kita di jalan yang keliatannya emang bukan trek mendaki, ya udah kita duga selaku tim lambat tapi kita udah menduga duluan. Ya, kita salah jalan, tapi gak nyasar. Hari sudah mulai gelap, kita malah ngebuka jalur sendiri. Jalur yang terjal, licin, ya emang bukan jalur itu mah. Gue udah pasrah ini gimana, udah gak bener. Sampai akhirnya di jalan yang bener-bener terjal, sampe naikpun jatuh lagi. Salah satu temen cewek gue teriak karena jatuh (Bukan jatuh ke jurang). Dan suara itu terdengar oleh beberapa orang yang ada di trek yang semestinya, dan ternyata itu deket sama kita.

Temen gue 1: "Aaaaaaaa!!"
Orang: "Eta sahaa?! Naha aya didinya?" (dalam Bahasa Indonesia "Itu siapa? Kenapa ada disana?")
Temen gue  2: "Disini kang! kita salah jalan, tolongin!"
Orang: "Ohh enyaa antosan, ke kadinyaa" ("Ohh iyaa tunggu, kita kesana")
Kita: "Alhamdulillah"

Akhirnya pertolongan pun datang oleh empat pemuda yang entah siapa dan seperti apa karena sudah gelap. Mungkinkah mereka malaikat? Hanya Allah yang tau. Akhirnya kita kembali di trek pendakian, dan kita sudah masuk di jalur Tanjakan Cacing. Katanya disitu adalah trek pendakian yang cukup berat yang ada di Gunung Puntang. Sebelum melanjutkan pendakian, kita istirahat dulu. Tidak lama kemudian kita lanjut lagi.

Bener-bener trek yang gak gue duga, nanjak, curam, pokoknya bikin capek banget. Tapi lebih mending daripada jalur yang salah tadi. Selama beberapa lama akhirnya kita istirahat sambil tiduran, ketika itu pula doi gue mengeluarkan mentos, dan ketika masuk ke mulut "Oh my God!", nikmat sekali. Sambil ngeliat ke atas, gue bener-bener takjub, baru kali ini gue ngeliat bintang berkilauan banyak banget. Amazing!

Gak lama lagi kita lanjut jalan, dan selesailah jalur Tanjakan Cacing itu. Selanjutnya kita masuk ke trek bebatuan besar yang dinamakan trek Batu Kereta. Disana juga bisa gue bilang trek yang cukup sulit. Beberapa kali kita istirahat. Kasian salah satu temen cewe gue sampe ngeluh mulu. Tapi untung ada temen gue yang bersedia jadi porter (Pembawa barang). Yaudah akhirnya teruslah kita lanjut. Sampe tim cepet ninggalin lagi tim lambat, gue kesel banget sampe teriak "Dagoan Ontaa!!" ("Tungguin Onta!") Begitulah sampe akhirnya kita sampai di tempat camp sekitar jam sepuluh. Bener temen gue bilang ke Puncak Mega bisa sampe 5-6 jam. Melelahkan. Ohiyaa dari tempat camp ke puncak itu cuma butuh waktu 5 menit aja kok.

Lagi-lagi temen gue saat itu ngeselin. Akhirnya gue dan doi masang tenda cewe. Dan tenda cowo dibantu beberapa teman juga. Setelah kedua tenda dibangun, kita langsung beres-beres dan masak. Seperti biasa kopi dan mie rebus adalah yang pertama dibuat. Gak lama kemudian kita semua tidur. Sementara teman gue yang ngeselin masih di luar bersama keempat pemuda menikmati api unggun.

Ketika tengah malam gue merasa kedinginan banget, karena gue gak pake sleeping bag saat itu. Bener-bener dingin, gue gak kuat. Gue menyempatkan keluar untuk mengambil kaos kaki dan sarung tangan. Awalnya masih tetap dingin tapi akhirnya gue bisa kembali tidur.

Keesokan harinya tiba, di waktu shubuh sekitar jam 5, gue bangun dengan keadaan tenda sudah roboh. Konyol banget gue pikir. Akhirnya gue keluar dan sedikit membereskan carrier gue yang tergeletak di luar semalaman, dan juga sholat dengan alas plastik karena tidak ada sajadah. Setelah sholat, gue menunggu yang lain siap-siap dan kita menuju puncak tanpa membawa apa-apa karena hanya tinggal jalan sebentar saja.

Akhirnyaa, Puncak Mega, 2223 Mdpl !



Sudah jelas kita foto-foto disana. Gak mungkin gue lupa untuk foto bareng doi.


Selesai foto-foto, kita menikmati hangatnya sinar matahari di pagi hari di Puncak Mega. Datanglah seorang pemuda yang tiba-tiba bilang "Teu ngajak euy" ("Gak ajak-ajak nih"), dan gue langsung bilang "Eh timana a?" ("Dari mana bang?") matanya langsung sinis, gue heran. Ternyata orang tersebut adalah orang yang menolong kita kemaren malem. Betapa malunya gue. Temen gue malah pada ketawa lagi. Ah yasudahlah.

Setelah itu sekitar jam setengah delapan, kita kembali ke camp untuk beres-beres. Sempat ada orang yang ingin minta foto karena disuruh oleh ketua kelompoknya, tapi karena kitanya lagi sibuk akhirnya kita gak memenuhi keinginan mereka untuk difoto. Temen gue juga sempet mules dan ngegali dulu sebelum turun wkwk.

Setelah semuanya selesai, dan barang-barang sudah di packing, kita turun sekitar jam setengah sembilan. Melewati jalan yang asalnya gelap, dan sekarang sudah terang. Saat turunpun kita ditemani dengan 4 pemuda penolong. Betapa bersyukurnya kita karena mereka baik bener. Sampai di tengah jalan kita kembali lagi terbagi 2 tim. Namun akhirnya kita barengan lagi, kecuali 2 teman gue yang ngebut turun. Kita istirahat beberapa kali, dengan jari-jari kaki yang terasa membengkak. Karena gue berada di paling belakang karena ga mungkin ninggalin cewek-cewek. Ya gue ikut-ikutan lama. Salah satu cewek malah sempet sampe ngesot jalannya. Tapi gue bisa sabar karena ditemani doi. HAHAHA.

Dan akhirnya sampailah kita kembali di basecamp sekitar jam 12 siang. Benar-benar melelahkan dan yang paling ngeselin, sakit kaki. Udah pasti itu kalo muncak, sakit kaki. Alhamdulillah, Puncak Mega dengan ketinggian 2223 Mdpl berhasil kita daki sampai ke puncak dan pulang dengan selamat. Kita merayakan kesuksesan kita hari itu dengan makan-makan nasi liwet di rumah salah satu temen gue. Dan setelah itu kita semua pulang. Gue puas banget, meskipun menyiksa tapi gue gak pernah kapok untuk muncak. Itulah cerita gue ke Puncak Mega, Gunung Puntang.


You Might Also Like

0 comments